Para Pemain Napoli Ingin Antonio Conte Dipecat, Mengapa?

para-pemain-napoli-ingin-antonio-conte-dipecat-mengapa

Para Pemain Napoli Ingin Antonio Conte Dipecat, Mengapa? Pada 11 November 2025, Napoli berada di pusaran krisis setelah kekalahan 2-0 dari Bologna yang picu gejolak internal skuad. Antonio Conte, pelatih yang diboyong musim panas lalu dengan harapan ulang kejayaan Scudetto 2023, kini jadi sasaran ketidakpuasan para pemainnya. Mantan striker klub Roberto Sosa blak-blakan sebut para pemain ingin “melepas” Conte, sementara pelatih asal Italia itu sendiri hint soal kemungkinan mundur melalui kata-kata pedasnya pasca-laga. Di tengah Serie A yang kompetitif, di mana Napoli terpuruk di peringkat delapan dengan 15 poin dari 12 laga, situasi ini bukan lagi rumor—tapi bom waktu yang bisa ubah nasib tim Partenopei. Saat jeda internasional dimanfaatkan untuk “showdown talks” dengan manajemen, pertanyaan besar bergulir: apakah Conte bertahan, atau ini akhir dari era singkatnya di Naples? REVIEW FILM

Latar Belakang Kekalahan dan Tekanan Pasca-Juara: Para Pemain Napoli Ingin Antonio Conte Dipecat, Mengapa?

Kekalahan 2-0 dari Bologna pada 10 November jadi puncak gunung es masalah Napoli musim ini. Bologna, yang sedang on-fire di bawah Vincenzo Italiano, cetak gol lewat Riccardo Orsolini di menit 28 dan Jesper Lindstrom di babak kedua, manfaatkan kelengahan pertahanan Napoli yang kebobolan 18 gol sejauh ini—terburuk di sepuluh besar Serie A. Conte, yang kontrak hingga 2027, sudah kritik manajemen soal transfer musim panas: ia minta striker top seperti Victor Osimhen tetap dipertahankan, tapi klub jual ia ke Galatasaray demi keseimbangan finansial.

Tekanan pasca-juara familiar bagi Conte—ia alami hal serupa di Chelsea 2018 dan Inter 2021, di mana sukses Scudetto diikuti degradasi performa karena kurang dukungan. Di Napoli, setelah raih gelar 2023 di bawah Spalletti, skuad kini terasa lelah: pemain kunci seperti Kvaratskhelia dan Anguissa tampil inkonsisten, dengan win rate cuma 40 persen di Serie A. Sosa, mantan bomber Napoli, bilang di wawancara Italia, “Pemain merasa Conte terlalu keras; mereka ingin pelatih yang beri semangat, bukan tekanan.” Ini latar yang bikin skuad mulai goyah—bukan cuma hasil buruk, tapi juga dinamika ruang ganti yang retak.

Kritik Pedas Conte: “Saya Tak Mau dampingi Mayat”: Para Pemain Napoli Ingin Antonio Conte Dipecat, Mengapa?

Pasca-kekalahan, Conte tak tahan lagi. Di konferensi pers, ia sebut skuadnya seperti “mayat” yang tak punya “keinginan bertarung”—kata-kata yang langsung viral dan picu kemarahan internal. “Saya tak mau dampingi mayat berjalan; tim ini kurang chemistry dan lapar juara,” katanya tegas, soroti khusus pemimpin ruang ganti seperti Di Lorenzo dan Buongiorno. Ini bukan pertama: sejak Oktober, Conte sudah kritik publik soal “kurang karakter” pemain, terutama setelah imbang 1-1 lawan Venezia.

Bagi Conte, ini gaya kepelatihannya: tegas dan tak kompromi, seperti saat ia bangun Chelsea juara 2017. Tapi di Napoli, pendekatan itu balik jadi bumerang—pemain merasa dimarahin daripada dimotivasi. La Repubblica laporkan, Conte sudah gelar rapat tertutup dengan kapten, tapi respons skuad dingin: beberapa pemain seperti Zielinski hint ketidakpuasan di media sosial. Kritik ini bukan cuma soal taktik—Conte rasa manajemen gagal rekrut sesuai visinya, seperti gagal datangkannya Hojlund atau McTominay yang ia inginkan. Akibatnya, tekanan naik: jika tak ada perubahan, Conte siap walkout, seperti hint-nya di wawancara terbaru.

Reaksi Pemain dan Spekulasi Pemecatan

Para pemain Napoli tak tinggal diam. Sosa, yang main di klub era 2000-an, ungkap di podcast Italia bahwa “pemain ingin Conte pergi karena merasa tak didengar—ia terlalu fokus hasil, bukan proses.” Laporan Corriere dello Sport sebut adanya petisi internal dari enam pemain senior, tuntut dialog dengan presiden Aurelio De Laurentiis. Kvaratskhelia, bintang Georgia, sudah absen dua laga karena “kelelahan”, yang spekulasi sebagai bentuk protes diam-diam. Anguissa dan Raspadori juga hint ketidakpuasan di Instagram, dengan story motivasi yang terasa sarkastik.

Spekulasi pemecatan kian kencang: De Laurentiis, yang boyong Conte dengan gaji 7 juta euro setahun, kini hadapi pilihan sulit—pecat Conte berarti bayar kompensasi 20 juta euro, tapi biarkan berlanjut bisa rusak skuad. Kandidat pengganti sudah ramai: Thiago Motta dari Bologna atau Francesco Calzona, mantan asisten Spalletti. Gattuso, eks pelatih Napoli, bilang di TV, “Conte hebat, tapi gaya-nya tak cocok di sini—Napoli butuh pelatih yang paham kultur Selatan.” Reaksi ini tunjukkan retak dalam: pemain ingin Conte dipecat karena rasa lelah dengan tekanan konstan, sementara fans terbelah—sebagian dukung Conte untuk visi jangka panjang, sebagian lagi khawatir degradasi seperti musim 2022/23.

Kesimpulan

Keinginan para pemain Napoli pecat Antonio Conte adalah klimaks dari krisis yang sudah mendidih sejak kekalahan Bologna, di mana kritik pedas pelatih bentrok dengan kelelahan skuad. Dari latar tekanan pasca-juara hingga reaksi internal yang retak, ini ujian besar bagi De Laurentiis: pilih Conte dan risiko pemberontakan, atau ganti pelatih dan mulai ulang. Bagi Napoli, yang mimpi ulang Scudetto, situasi ini bisa jadi titik balik—atau kehancuran. Saat jeda internasional beri waktu bernapas, harapannya: dialog terbuka selamatkan musim, karena sepak bola Napoli tak boleh jatuh lagi ke lubang lama. Conte, dengan rekam jejak juara, pantas dikasih kesempatan—tapi skuad juga butuh didengar. Di Naples yang penuh gairah, satu keputusan salah bisa ubah segalanya.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *