Kenapa Liverpool Bisa Dikalahkan MU di Anfield. Kekalahan 1-2 Liverpool dari Manchester United di Anfield pada Minggu malam, 19 Oktober 2025, terasa seperti mimpi buruk bagi penggemar The Reds. Setelah unggul lewat tendangan bebas Mohamed Salah di menit 78, tim Arne Slot gagal jaga keunggulan dan kebobolan sundulan Harry Maguire di menit 89, yang dibantu umpan silang Rasmus Højlund sebelumnya. Ini kekalahan kelima dari sembilan laga Premier League musim 2025/26, turunkan Liverpool ke peringkat delapan dengan 12 poin, sementara MU naik ke keenam dengan 13 poin. Anfield, yang tak terkalahkan sejak 2021, akhirnya jatuh ke tangan Setan Merah untuk pertama kalinya sejak 2016. Mengapa Liverpool bisa dikalahkan di kandang sendiri? Jawabannya campuran antara rapuhnya pertahanan, taktik yang tak adaptif, dan momen individu yang hilang—faktor yang bikin laga ini jadi pelajaran pahit di tengah transisi Slot dari Jürgen Klopp. BERITA BOLA
Rapuhnya Lini Belakang yang Jadi Biang Kerok Utama: Kenapa Liverpool Bisa Dikalahkan MU di Anfield
Pertahanan Liverpool sudah jadi sorotan sejak awal musim, dan laga lawan MU jadi puncak kekacauannya. Mereka kebobolan 16 gol dari sembilan laga—rata-rata 1.8 per pertandingan—jauh di atas 1.1 musim lalu. Di Anfield, sundulan Maguire lewati Virgil van Dijk yang kalah duel udara 40 persen untuk pertama kalinya musim ini, bukti koordinasi belakang longgar. Van Dijk, usia 34, masih andal tapi tak bisa tutup lubang dari rotasi bek kanan: Milos Kerkez, baru bergabung, kalah dribel 70 persen lawan Marcus Rashford. Statistik tunjukkan Liverpool kehilangan bola 22 kali di sepertiga pertahanan sendiri, naik 40 persen dari awal musim, sering karena komunikasi buruk—Van Dijk tunjuk-nunjuk ke Kerkez di menit 65. Cedera Ibrahima Konaté sejak Agustus paksa Joe Gomez dan Jarell Quansah naik, tapi keduanya belum siap tekanan derby: Gomez kesalahan fatal di kekalahan sebelumnya lawan Brighton. Slot coba formasi 4-2-3-1 dengan pressing tinggi, tapi itu bumerang—bek sayap maju terlalu jauh, tinggalkan celah untuk counter MU yang efisien. Rapuh ini bukan nasib; latihan Slot fokus serangan, tapi pertahanan terabaikan, bikin Anfield tak lagi benteng tak tertembus.
Taktik Slot yang Belum Matang di Tengah Tekanan Derby: Kenapa Liverpool Bisa Dikalahkan MU di Anfield
Arne Slot datang dengan visi sepak bola menyerang, tapi transisi dari Klopp tak mulus di laga besar seperti derby. Taktik pressing tinggi mirip pendahulu, tapi lini tengah Liverpool gagal cover: Alexis Mac Allister dapat kartu kuning karena frustrasi di menit 50, sementara gelandang lain kurang intersepsi—hanya delapan sepanjang laga, kalah dari 18 MU. Slot mulai dengan 4-3-3, tapi ganti ke 4-2-3-1 di menit 70 terlambat; saat itu, MU sudah kuasai irama dengan Kobbie Mainoo yang menang 12 duel fisik. Expected goals against (xGA) Liverpool naik ke 1.8 per laga, dibanding 1.1 musim lalu, karena build-up lambat yang tertangkap offside enam kali. Di babak pertama, penguasaan bola 62 persen tak hasilkan gol karena peluang sia-sia—Darwin Núñez buang tiga kesempatan emas. Slot akui pasca-laga “kami butuh keseimbangan lebih baik,” tapi kritik dari Jamie Carragher bilang ia “prioritas serangan sebelum pertahanan.” Di derby, di mana emosi tinggi, taktik Slot terasa naif: MU eksploitasi set-piece dengan 12 attempts, konversi 25 persen, sementara Liverpool lemah di situ—kebobolan tiga kali musim ini dari bola mati. Belum matangnya ini bikin Liverpool rentan, terutama tandang MU yang Amorim poles jadi tim transisi cepat.
Performa Individu yang Hilang di Momen Krusial
Liverpool punya talenta kelas dunia, tapi malam itu beberapa bintang hilang kilau. Salah cetak gol brilian ke-150 di Anfield, tapi ia kalah duel fisik 40 persen lawan Bruno Fernandes dan tak ciptakan peluang lebih dari satu key pass. Núñez, energik dengan lima sprint di atas 30 km/jam, sia-siakan tiga peluang—konversi tembakan on-target hanya 20 persen—mirip masalahnya musim lalu. Mac Allister, jangkar tengah, kehilangan bola empat kali di area berbahaya, tambah beban Van Dijk. Di sisi lain, Trent Alexander-Arnold maju ofensif tapi tinggalkan celah kanan yang Rashford eksploitasi. Slot rotasi empat pemain, tapi pengganti seperti Cody Gakpo tak tambah daya gedor—hanya satu tembakan lemah. Ini kontras MU di mana Højlund efisien dengan xG 0.8 dari satu upaya, dan Maguire blok tiga tembakan. Performa hilang ini lahir dari tekanan derby: Anfield bergemuruh, tapi Liverpool kehilangan fokus pasca-unggul, passing accuracy turun ke 72 persen di 15 menit akhir. Slot punya skuad berbakat, tapi tanpa ritme individu seperti era Klopp, momen krusial seperti equalizer Salah tak cukup selamatkan—malah picu overconfidence yang MU manfaatkan habis.
Kesimpulan
Liverpool dikalahkan MU di Anfield karena rapuhnya pertahanan, taktik Slot yang belum matang, dan performa individu yang pudar di momen krusial. Dari koordinasi longgar Van Dijk-Kerkez hingga pressing tinggi yang balik jadi bumerang, laga 1-2 ini ungkap luka transisi yang masih dalam. Kekalahan kelima ini turunkan The Reds ke delapan klasemen, tambah tekanan pada Slot yang janji perbaikan. Bagi MU, ini gebrakan Amorim yang angkat moral, tapi bagi Liverpool, pelajaran berharga: Anfield butuh lebih dari talenta, tapi juga soliditas. Rivalitas ini tak pernah pudar, dan rematch di Old Trafford Mei nanti bakal balas dendam—tapi kini, Slot punya pekerjaan rumah besar untuk kembalikan kejayaan. Premier League musim 2025/26 makin sengit, dan kekalahan ini cuma babak awal cerita panjang The Reds.
